Dok: Kantor DPMD Kab.Sinjai.
Sinjai Tindak.Com-Gelombang kritik terhadap Pejabat Kepala Desa Samaturue, Alimuddin S.Ag, kian menguat, seakan menjadi gema keresahan masyarakat yang menuntut perubahan. Ia dinilai kurang tegas dalam menertibkan aparat desa serta dianggap jarang hadir pada kegiatan adat,ruang sakral tempat pemimpin seharusnya menyatu dengan denyut budaya warganya.
Sejak dilantik, Alimuddin disebut baru dua kali menghadiri acara adat, termasuk prosesi Manre Ad’e. Minimnya kehadiran ini membuat sebagian warga merasa pemimpinnya berjalan di pinggir komunitas, tak sepenuhnya menapaki jalan tradisi yang selama ini menjadi ruh Samaturue.
Sorotan masyarakat tidak berhenti di situ. Kelalaian aparat desa dalam menjalankan jam kerja juga menjadi tanda tanya besar. Sebagai pemimpin tertinggi di desa, Alimuddin dianggap belum mampu merapikan barisan dan membangun wibawa kedisiplinan. Kritik warga pun mengeras, ditegaskan melalui pepatah yang menggigit:
“Jika guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari.”
Sebuah ungkapan lama yang kini terasa relevan, menggambarkan kondisi pemerintahan Samaturue yang mereka nilai sedang kehilangan keteladanan dasar.
Sementara itu, Camat Tellulimpoe, Al Ghazali Farti, saat dikonfirmasi mengenai keberlanjutan jabatan PJ Kades Samaturue, menegaskan bahwa pemerintah kecamatan berpegang pada hasil rapat kerja dengan DPRD.
“Insya Allah Januari 2026 dilaksanakan pemilihan pejabat antar waktu (PAW),” ujarnya singkat.
Namun perubahan tampaknya tidak akan menunggu hingga tahun depan. Kepala Bidang Pemerintahan Desa (Kabid Pemdes), Aniwati, menanggapi laporan warga dengan langkah cepat.
“Terima kasih informasinya, insya Allah hari Selasa kami akan turun dan melakukan rapat koordinasi bersama seluruh pejabat kades se-Kecamatan Tellulimpoe,” jelasnya, Sabtu 15 September 2025.
Nada serupa disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Dr. Drs. Yuhadi Samad, M.Si, saat di hubungi wartawan tindak.com. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam.
"Langkah awal kami adalah mengadakan rapat dengan para pejabat (PJ) kades se-Kecamatan Tellulimpoe,” tegasnya.
Kini, Samaturue berdiri di persimpangan: antara kekecewaan yang semakin memadat dan harapan yang belum sepenuhnya padam. Masyarakat menunggu langkah pasti pemerintah, menunggu hadirnya ketegasan yang selama ini dirindukan.
Sebab dalam pemerintahan, seperti dalam kehidupan, pemimpin bukan hanya penanda jabatan,ia adalah kompas moral. Arah desa ditentukan oleh tangan yang memegang kemudi, dan Samaturue berharap kemudi itu kembali digenggam dengan tegas, jernih, dan penuh rasa tanggung jawab.
M.S.Mattoreang