
Refleksi Kemerdekaan ke 80 Buat Rakyat Indonesia
Oleh : Dudi DaudiDalam perjalanan kehidupan bangsa di dunia, sudah menjadi suratan takdir dari Tuhan, bahwa bangsa bangsa yang hidup di benua Asia dan Afrika menjadi obyek jajahan oleh orang orang bule dari benua Eropa, seperti Inggris, Perancis, Italia, Jerman, Portugal dan Belanda.
Indonesia yang dulu bernama Hindia Belanda tak lepas dari cengkeraman para perompak dan perampok asing yang menggasak seluruh isi bumi dan orang orang pribumi asli nya. Alamnya yang subur dan indah bak untaian zamrud khatulistiwa sudah menjadi incaran orang orang asing untuk merebut dan menguasainya sejak dahulu kala.
Diakui bahwa pada saat penjajahan, mereka para penjajah sudah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, yang jauh lebih tinggi SDM nya daripada bangsa pribumi yang dicap sebagai bangsa kuli dan inlander.
Ratusan tahun bangsa Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah. Maka tidak aneh jika adat istiadat, budaya, dan pengetahuan para penjajah sangat mempengaruhi sistem dan pola pikir anak anak bangsa yang menjadi pewaris kekuasaan sampai saat ini. Dimulai dari gaya arsitektur, bahasa, politik dan hukum yang berlaku saat ini. Apalagi para The Founding Father seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir, Soedjatmoko, dan yang lainnya kenyang mencicipi pendidikan Barat di Amsterdam dan Denhag, Belanda.
pada hari Jum'at pagi tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang. Dimana momen bersejarah itu terjadi dalam situasi perang dunia ke 2 yang berkecamuk di Asia Pasifik. Dalam pertempuran para petualang yang gila kekuasaan itu, Amerika dan sekutu nya (Inggris, Rusia, Belanda, Australia, Belgia) dimana dalam pertempuran itu berperang melawan negara fasisme yaitu Jerman, Italia, dan Jepang. Dalam pertempuran itu Amerika dan Rusia berhasil mengalahkan tiga negara fasis. Sehingga berdampak bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang berada dalam kekuasaan tentara Dai Nippon.
Singkat cerita Penjajah sudah enyah dan pergi dari bumi Pertiwi pulang ke negaranya dengan tangan berlumuran darah dan dosa besar sebagai penindas dan perampas yang telah merampok isi bumi milik bangsa Indonesia. Meninggalkan kisah pilu, penderitaan, air mata, darah, dan kesengsaraan bangsa pribumi Indonesia yang tiada tara.
Kini estafet kekuasaan berganti dipegang oleh pribumi rakyat Indonesia asli. Para pemegang jabatan ini dalam sumpah jabatannya akan berpegang teguh pada amanat konstitusi dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 45, yaitu untuk membawa rakyat Indonesia ke pintu gerbang kesejahteraan, keadilan sosial, dan kemakmuran yang merata.
Sudah delapan kali berganti Presiden sebagai pemegang kekuasaan di negara Republik Indonesia ini. Penuh retorika dan dinamika, realita yang terjadi rakyat masih susah dan berada dibawah garis kemiskinan. Bukan sumber daya alam yang kering dan miskin, tapi pengelolaan negara yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Rakyat hanya sebatas disebut sebut dalam Undang Undang dan rapat pleno para pejabat, namun tidak mengalami perubahan signifikan karena semua berjalan timpang dan banyak yang menyimpang.
Banyak kebijakan politik, sosial dan ekonomi dari elite penguasa yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Oknum pejabat kebanyakan sibuk memperkaya diri, ujung ujungnya korupsi merajalela. Maka tidak aneh jika berita seputar korupsi setiap selalu menghiasi layar inpormasi di televisi dan layar Hand phone.
80 tahun Indonesia merdeka, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Dan cerita suka duka anak bangsa ini bisa dilihat dilayar medsos pada setiap detik. Bukan hal yang rahasia lagi tapi sudah menjadi konsumsi publik bagi anak bangsa. Apalagi sekarang pada era keterbukaan dan kebebasan berpendapat yang dijamin oleh Undang Undang. Kemerdekaan baru bisa dirasakan dalam teriakan dan aksi unjuk rasa, kritikan, dan tuntutan.
Tidak pantas jika tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia tertinggal oleh Malaysia, Brunai Darussalam, atau negara kecil di Eropa seperti Finladia atau Norwegia. Negeri Indonesia ini sangat subur, kita punya sumber pertambangan yang sangat melimpah, selain minyak bumi dan gas, ada batu bara, aspal, mangan, bauksit, nikel, emas, tembaga, batu kapur, biji besi, sampai pasir besi. Belum lagi dari sektor kelautan dan perikanan, kehutanan, bahkan sumber pajak dari perekonomian yang besar di kawasan Asean. Ditambah pula tanah nya yang subur dengan iklim yang sangat mendukung untuk sektor pertanian dan perkebunan. Kurang apa Negeri ini jika dibandingkan dengan sejengkal tanah di Singapura atau tanah bersalju di Jepang dan Korea Selatan dengan cuaca dan iklim yang ekstrim.
Ternyata kemajuan negara negara maju tersebut selain dipimpin oleh kepala negara dan pejabat yang disiplin tinggi, ditambah penegakkan hukum yang tegas dan keras, juga tingkat kesadaran warga negara nya sangat tinggi karena hidupnya selalu ditempa dalam aturan yang ketat tersiplin. Contoh buruk pada perilaku anak bangsa kita adalah membuang sampah sembarangan, dan jiwa permisif terhadap kesalahan. Jangan harap bisa melihat sampah berserakan dipinggir jalan di Singapura atau di Eropa.
80 tahun perjalanan Kemerdekaan Indonesia ternyata baru lepas dari penjajahan asing, rakyat belum menikmati hidup merdeka yang sejatinya menjadi sebuah harapan nyata selaras dengan amanat konstitusi dan cita cita Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia.
Ternyata banyak oknum pejabat dan penguasa yang korup. Lebih gila nya lagi lembaga hukum yang seharusnya tegas memberantas korupsi, ikut terlibat dalam pusaran korupsi kelas kakap. Akibatnya perekonomian negara rusak dan rakyat ikut menderita.
Maka untuk secepatnya menuju negara Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, hanya tinggal memberantas korupsi dengan tegas, karena tindak korupsi merupakan hama terbesar yang merusak tatanan kehidupan negara bangsa. Atau bumi Pertiwi akan terus dirampok dan disandera oleh para koruptor sehingga rakyat hanya kebagian tulang belulang nya saja??
inilah sesungguhnya inti dari semangat Proklamasi Kemerdekaan RI ke 80. Berantas perampok anggaran negara, bahkan sudah saatnya untuk koruptor di negara Indonesia dihukum mati. Benahi birokrasi dengan sengat reformasi 98. Niscaya jika berani mengambil keputusan ditengah harapan rakyat yang haus keadilan, maka stabilitas sosial, politik dan ekonomi akan berjalan mulus, dan rakyat akan benar benar menikmati hidup dalam era kemerdekaan yang nyata.***